Nikmat?
Kau tahu nikmat seperti apa yang membangkitkan jiwaku?
Bukanlah fantasi dewasa, tapi indahnya aura si nyonya puisi.
Habis sudah birahiku diterbangkan sajak;
Nafsuku dibawa akal sehatku memaknai puisi.
Apa kau tahu... mengapa puisi abadi?
Puisi melahap sekian menit waktu penikmatnya;
Tak sekali saja, namun hampir ditiap kesadaran harian.
Terulang lagi, terbaca lagi, terngiang lagi.
Dipahami lagi, dimaknai lagi, dirasakan lagi.
Akar pencari makna pun tumbuh di jiwa penikmatnya.
Sudah takdirnya,
penikmat puisi bukanlah manusia biasa.
Getaran yang mereka pancarkan,
secara halus menggerakkan dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar