Pagi hilang! Jam 8 pagi pun matahariku belum datang. Iyaa, matahariku, biasanya aku melihat matahari terbit di pesisir pantai ini. Sendirian..
"Dika!!!" Suara seorang gadis memanggilku dari kejauhan, aku tak menoleh kebelakang sedikitpun.
"Hei orang gila!!!, Sekarang sedang hujan! Kenapa kau masih duduk di pinggir pantai saat ini, syukuri nikmat kesehatanmu", Yaak, dia Tamara, sahabatku dari kecil. Aku terlalu menikmati suara air hujan yang turun.
***
Aku terbangun, tak peduli apa yang terjadi sebelumnya, yang penting aku sudah terbangun!.
Tubuhku lelah, tak bisa bergerak, tidak! Harus bergerak! Jangan hanya diam menerima kenyataan berbaring dalam waktu lama! Bergerak sekarang juga!!, dunia ingin melihatmu!, aku pun bangun. Rumah sederhanaku ini sepi, tak ada orang..... selain ibuku yang tidur di depan televisi yang masih menyala. Ibuku tertidur pulas, tertidur di kursi sambil menggenggam sebuah Notes.
Ibuku terbangun!, dia melihatku penuh kepanikan. "Tenang bu! tenang". Ibuku mencari-cari penanya, dan ketemu!, lalu dia menuliskan sesuatu di Notesnya itu : Ibu lebih memilih tak hadir di dunia daripada melihat kamu sakit nak! . Aku membacanya, kenapa harus ditulis?.... Ibuku Bisu!
"Iya bu iya, Dika janji gak main hujan lagi, heehee, tapi kan sekarang dika udah SMA bu, udah besar kok", semoga senyumku menghangatkannya seperti yang selalu ia lakukan.
Aku teringat cerita yang pernah diberitahukan oleh pamanku. Kalau saja dulu kejadian di Pelabuhan Banyuwangi tak terjadi, maka aku tak jadi begini. Dulu, saat aku berumur 3 tahun, aku sekeluarga bersama Ayah, Ibu, dan 2 orang kakakku berlibur ke Pulau Bali, saat pulang dari perjalanan, tepatnya dari pelabuhan Bali ke Banyuwangi, Jawa Timur, ibuku pergi ke toilet umum meninggalkan kami sekeluarga yang sedang tidur pulas di dalam Bus, kecuali aku. Aku yang katanya sangat manja, mengikuti ibuku pergi. Saat itu tengah malam, aku berada jauh dibelakang ibu tetap mengikuti ibuku, sehabis dia keluar dari Toilet, ada dua orang jahat mencoba mengambil tas yang sedari tadi ibu pegang, aku terdiam ketakutan, itulah hal yang paling ku ingat, ibu memperjuangkan tasnya itu, hingga akhirnya satu orang mengeluarkan pisau dan berhasil menyayat pipi kiri ibuku dan membekas hingga sekarang, lalu kepala ibuku terbentur dan pingsan. Disitu aku menangis, namun sekarang aku lupa wajah ayah dan kedua kakak ku itu dan juga kejadian selanjutnya. Pamanku pun juga tak tahu, apalagi ibuku yang pingsan. Intinya, aku dan ibuku tertinggal bus yang sedang menyebrang dari pelabuhan Bali ke Banyuwangi.
Aku tak tahu darimana Ibuku mendapatkan modal berjualan sampai akhirnya kami hidup di Bali, saat itu ibuku belum bisu. Sampai akhirnya kutemukan ibu terkapar di dalam rumah dan tak bisa bicara lagi, saat diperiksa kedokter, dokter mengatakan saraf Spinal ibuku sudah rusak, dan dia tak akan bisa bicara, ketika ditanya apa yang terjadi sebenarnya, Ibuku tetap tak mau menjawab.
Hidupku penuh misteri
Siapa Keluargaku?
dan Apa yang membuat Ibuku Bisu?....
ITU SEMUA MASIH MENJADI MISTERI
BERSAMBUNG
~ Ayo ikuti Ajakan Menulis Random Setiap Hari! ~